Kamis, 04 Juni 2009

PILIH YANG MANA?

Pilpres tinggal menghitung hari, nih. Kepala saya mulai pening. Tapi maaf, bukannya bingung karena harus milih yang mana diantara 3, tapi bingung harus pake alasan apa sama Bapak saya supaya saya bebas melenggang jalan-jalan saat pilpres berlangsung.
Waktu pileg, saya bebas main meskipun kena omel. Soalnya saya nggak masuk DPT. Nah, pilpres ini saya sudah pasti masuk DPT. Soalnya ada bapak-bapak baik yang suka benerin listrik di rumah mendata siapa-siapa anggota keluarga yang nggak masuk DPT waktu pileg kemarin.
jadilah, nama saya yang didata bapak-bapak tukang benerin listrik yang ternyata nyambi jadi tangan kanan kepala desa.
Rencananya saya mau GOL*** (sensor dikit ya, dari pada kena tangkap kayak pak sri bintang). Habis sudah ngubek-ngubek sekian lama masih aja nggak ketemu kandidat yang sesuai.
Padahal tipikal pemimpin buat saya nggak sulit kok. Cukup :
1. Beriman ples mencintai Allah dan Rasulullah SAW
2. Mencintai dan mengurusi saya, Anda dan seluruh penduduk Indonesia
3. Nggak suka sembunyi di ketek Amerika

Sulit apa mewujudkan 3 hal itu?
Nggaklah ya, selama ada kemauan.
Masalahnya semua kandidat pemimpin ini nggak ada kemauan untuk mewujudkan 3 hal itu sih.
Jadi, maaf ya Pak.. Bu... calon pemimpin Indonesia, kalo ternyata banyak dari rakyat Indonesia yang lebih memilih beli beras di pasar saat pilpres


Sabtu, 16 Mei 2009

Selasa, 04 November 2008

Metro: Todays Dialogue

Mutia Hafidz : Apa sih, Pak Ismail yang membuat Yakin kalau segala masalah di Indonesia akan selesai dengan berdirinya khilafah?

Muqsid : (main samber, aja) saya kira HANYA karena keimanan saja...

Ismail Yusanto : Ya, karena keimanan dan segala sumber daya yang ada yang telah disediakan untuk mendukung tegaknya khilafah. Seperti kekayaan alam di negeri-negeri muslim, sistem ekonomi, pengaturan tata-cara membina hubungan dengan negara lain, sistem pergaulan dan sistem-sistem lainnya...


Keimanan disebutkan sebagai sesuatu yang "hanya"?
Asal Anda tahu kalau keimananlah yang telah membawa Rasulullah mendapatkan kemenangan memerangi kafir quraisy. Karena keimananlah Rasulullah dan shahabat meraih kemenangan-kemenangan di setiap perang meski jumlah mereka lebih sedikit daripada tentara musuh. Dan karena keimananlah khilafah telah menguasai separuh-lebih dunia selama 13 abad. Atas dasar keimanan ini, yakinlah khilafah akan segera tegak di muka bumi, sebentar lagi.


Jumat, 24 Oktober 2008

Porno Yang Menuai Resah

Dada si-ayam-yang-malang

Paha si-ayam-yang-malang




Buat saya sama sekali tidak jadi masalah kalau dada-si-ayam-yang-malang dan paha-si-ayam-yang-malang diumbar kemana-mana. Meskipun saya tahu betul kalau si-ayam-malang ini sangat punya malu. Paha dan dadanya jelas tertutup rapat dengan bulu lebatnya.
Saya jadi gerah betul kalau sampai yang diumbar adalah dada dan paha manusia yang jelas-jelas lebih punya malu daripada ayam-yang-malang ini.
Sedihnya, yang suka mengumbar dada dan paha ini perempuan. Makhluk yang sama dengan saya, saudara saya, sahabat saya.
Karena itu, saat DPR sibuk mengurusi pengesahan UU Pornografi, yang namanya perempuan sibuk banget berunjuk rasa. Katanya merasa eksistensinya terancam karena dihalang-halangi untuk mengumbar pada dan dada itu.
Padahal, yang namanya UU Pornografi sifatnya masih "SETENGAH HATI". Menyuruh menutup aurat rapat-rapat tidak dan menyuruh mengumbar aurat juga tidak. Gimana kalau UU Pornografi ini sampai mengharuskan perempuan menutup tubuh rapat-rapat?
Keseringan saya nggak habis pikir dengan para perempuan yang merasa memperjuangkan hak perempuan. Dari mana memperjuangkannya, kalau yang diperjuangkan sebatas membuka lebar-lebar dada dan paha? bukannya justru semakin memarjinalkan posisi perempuan?
Saya mohon kalau Anda perempuan, tolong pelajari betul setiap pasal-pasal dan detil kata RUU Pornografi ini. Percaya deh, kalau UU satu ini tidak akan merugikan Anda, saya dan perempuan pada umumnya.
Bersegera deh, mendukung pengesahan RUU Pornografi.
Supaya pornografi nggak membuat kita parno!

Senin, 22 September 2008

Orang Berzakat Ditangkap!


Baru kemarin selama saya hidup saya mengalami yang namanya : orang berzakat ditangkap. Bukannya saya tidak ikut berduka dengan kejadian meninggalnya 21 orang saudara saya saat pembagian zakat di Pasuruan. Tapi aneh saja, ada orang beramal kok malah ditangkap.

Masalah yang sebenarnya terjadi justru sama sekali tidak diusut oleh media bahkan oleh polisi. Anehnya Bapak Presiden kita yang terhormat malah bilang: jangan eksploitasi orang miskin untuk kepentingan sendiri.
Lha ya, selama ini yang dilakukan beliau dan para pekerjanya memang apa namanya? Oh, mungkin namanya PENYIKSAAN terhadap orang miskin kali ya.
Hanya demi, beberapa kilo beras dan beberapa ribu uang, 7000 saudara saya berjubelan dan 21 orang meregang nyawa. Apakah itu semua belum cukup membuka mata Pemimpin kita bahwa: BANYAK ORANG MISKIN DI NEGERI YANG DIPIMPINNYA.
Bukan eksploitasi orang miskin, ruwetnya mekanisme penyaluran zakat atau rakusnya manusia. Tapi ini masalah tidak tercukupinya kebutuhan dasar manusia.

Saya harap Anda sadar betul masalah ini, sehingga Anda ikut menangis melihat tubuh-tubuh renta itu bergelimang meregang nyawa. Dan mampu menggerakkan nurani Anda untuk memilih dan mencari Pemimpin terbaik yang sayang dan ingat kepada rakyatnya.

Kepada keluarga yang ditinggalkan, terimalah rasa simpati saya yang paling dalam.
Semoga pengorbanan keluarga memenuhi kebutuhan, adalah amalan yang bisa membuatnya berada di tempat terbaik di surga kelak. Amiin.


Banyu 2

Setiap hari berlalu lalang truk-truk pengangkut kayu memecah keheningan pagi juga ketenangan desa kami. Kayu-kayu kualitas terbaik desa kami ditebangi dengan serampangan. Tak diindahklan lagi oleh mereka keseimbangan yang seharusnya tetap dijaga ketika menebangi pohon, semua di depan mata terbabat habis. Bahkan anak tunas calon penerus generasi kayu-kayu itu juga ikut tertebas.
“Lik Satumi, tolong percaya sama saya. Kita harus segera pindah dari pinggiran sungai ini, Lik...” Sekuat tenaga aku membujuk Lik Satumi seperti yang dilakukan Fatya padaku. Memintanya untuk segera pindah dari rumah yang dihuninya di pinggiran sungai yang membelah desa kami.
“Kowe iki ojo ngawur, Banyu. Ndak bakalan ada apa-apa. Aku ini sudah puluhan tahun tinggal di sini. Setiap tahun sungai ini memang naik airnya kalau musim hujan. Dan kamu lihat sendiri, kan? Sampai sekarang buktinya aku masih hidup.” Kata Lik Satumi ngeyel.
“Saya ndak ngawur, Lik. Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lik Satumi ingat kan kalau kita ini sudah ndak punya hutan? Hutan kita habis, Lik. Jadi tidak akan ada lagi penahan air dari atas sana. Tolong Lik, percayalah sama saya. Saya ndak bohong!”
“Wis tho, Banyu...Urus dirimu sendiri. Ora usah ngurusi orang lain. Kamu lihat sendiri, kan? Semua warga desa ndak bakal percaya sama kamu! Cah edan!”
Cah edan, Cah gendheng itulah yang selalu orang-orang katakan padaku ketika kuingatkan mereka. Atau ketika kuminta meraka melawan Pak Lurah dan para lelaki serakah itu. Tak terhitung berapa puluh orang yang sudah kuperingatkan untuk segera meninggalkan desa. Tidak terhitung pula banyaknya celaan dan makian yang menyambutku. Tidak Rahmat, tidak Fatya, tidak orang-orang desa, semua orang tak ada yang mengindahkanku. Bahkan sampai detik hari mengerikan itu terjadi, mereka tetap masa bodoh denganku.
Siang itu mendung menggulung menakutkan. Petir menyambar-nyambar kejam seperti hentakan lava Merapi yang siap melumat segalanya. Hujan turun seharian menusuk menyakiti kulit. Dalam sekejab dan tak terlihat, desa Lumbang telah habis bersama dengan gemuruh hebat yang menyerupai auman penguasa hutan. Semua penghuni desa Lumbang terlumat oleh banjir bandang yang datang tanpa diduga. Fatya, Rahmat, sahabat terbaikku. Lik Satumi dan Pak Lurah, semuanya menghilang terbawa arus banjir bandang. Tak ada yang tersisa dari desaku. Keelokannya telah terganti dengan kerusakan yang menuai deraian air mata.
Seperti yang telah kukatakan sejak awal. Bahwa hari ini aku selamat, hidup dan bernafas bukan karena aku adalah titisan Nabi Nuh. Seseorang yang telah diberi keistimewaan dan kepercayaan oleh Allah SWT yang kemudian diselamatkan dari adzab yang diturunkan oleh Allah juga. Aku hanya mengingat dan berusaha menjalankan sekuat tenaga apa yang telah diajarkan Pak kyai dan Bapak sebelum beliau meninggal.
Setiap hari Pak kyai mengharuskan kami menghafal satu ayat Al quran. Kemudian meresapi dan mendalami maknanya. Setelah itu menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Aku ingat betul bagaimana Pak Kyai menjelaskan panjang lebar tentang ayat: “Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan karena ulah tangan manusia”. Fatya dan Rahmat juga ada di sana waktu itu.
Saat itu kami bertiga manggut-manggut dan berulang-ulang mengucapkan “inggih, Yai” saat mendengar wejangan Pak Kyai. Bahwa segala yang ada di bumi hanya diciptakan dan diperuntukkan untuk manusia. Kewajiban manusialah untuk menjaga kelestariannya dengan aturan yang digariskan oleh Penguasa bumi. Saat manusia telah ingkar pada apa yang telah ditetapkan Gusti Allah, maka kerusakanlah yang akan diterimanya.
Seperti yang sekarang telah terjadi pada desa kami. Karena kesalahan manusialah air yang begitu bersahabat menjadi murka dan membabat semua yang ada. Fatya dan Rahmat begitu hebat dengan kepandaiannya, lupa mengingat aturan-aturan yang telah digariskan Gusti Allah sehingga mata hatinya tertutupi dari kebenaran.
Fatya, Rahmat dan penduduk desa juga lupa bahwa sebelum murkanya tiba. Sesungguhnya Gusti Allah telah menunjukkan manusia sebuah peringatan. Dan juga sebelum alam marah, alam juga telah memperlihatkan peringatan. Tapi manusia sudah terlalu serakah, terlalu mabuk dengan belitan nikmat dunia sehingga lupa dengan peringatan Gusti Allah. Dan peringatan alam.

-------

Orang miskin DILARANG menebangi hutan, tapi konglomerat punya HPH.
Orang miskin harus melestarikan hutan, orang miskin yang kebanjiran juga.

Aparatur Negara Yth

Ini salah satu aparatur negara

Ini salah dua aparatur negara

Akhirnya apa yang saya hindari mati-matian, kejadian juga.
Saya harus mengurus SKCK atau jaman dulu dikenal dengan SKKB.
Asal Anda tahu SKCK saya seharga: Rp 37.000,-
Di desa (ketahuan deh, saya orang desa) saya harus mengeluarkan X rupiah.
Di kecamatan saya diberitahukan: "Administrasi terserah Anda"
Di Polsek saya dikenai biaya Y rupiah.
Lalu di Polres saya juga dimintai Z rupiah.
Dan masih di Polres juga, di bagian pemeriksaan sidik jari,
ada perkataan: "Adminstrasi seikhlasnya"


Bukannya saya tidak ikhlas dengan uang yang telah saya keluarkan
HANYA untuk mendapat selembar SKCK.
Tapi, yang saya heran kenapa harus ada perkataan dalam tanda (") dan harus ada biaya.
Bukannya kertas, tinta printer, tinta stempel, dan tinta cap sidik jari sudah DISEDIAKAN dan DISUPLAY negara. Yang uangnya diambil dari uang rakyat.
Yang asalnya dari minyak bumi, gas alam, emas, batu bara yang digali dari bumi Indonesia. Yang HARUSNYA jadi milik rakyat tapi DIKELOLA negara.
Lalu sebenarnya untuk apa biaya itu semua???

Semoga, tahun di pemilu 2009 bisa lahir Pemimpin yang baik.
Yang menjamin gaji para aparaturnya dengan baik.
Yang meningkatkan kesejahteraan aparturnya dengan baik.
Sehingga saya orang terakhir yang diminta biaya dan
diminta "Administrasi seikhlasnya"